Rudraksa-sebutan ganitri di India-tanaman setinggi 25-30 m
dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya
bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam bahasa India, rudraksa berasal
dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa berarti mata. Sehingga arti
keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang Hindu meyakini rudraksa sebagai
air mata Dewa yang menitik ke bumi. Tetesan air mata itu tumbuh menjadi pohon
rudraksa.
Mata Siwa
Di Indonesia, biji titisan Dewa Siwa itu populer dengan nama
ganitri, genitri, atau jenitri. 'Indonesia paling banyak produksinya di dunia,'
kata Yana Sumarna, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Pohon Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan,
Bali, dan Timor. Indonesia memasok 70% kebutuhan ganitri yang diekspor dalam
bentuk butiran biji. Sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India,
negara paling banyak menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.
'Biji-biji ganitri keras dan awet, bisa digunakan untuk 8
generasi,' kata Komari. Kecuali ukuran, setiap biji memiliki jumlah lekukan
atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis yang
memiliki perbedaan arti. Semakin banyak mukhis harganya kian tinggi.
Manfaat ganitri bukan sekadar alat 'hitung' dalam berdoa laiknya
tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani. Biji ganitri juga
berfungsi menghilangkan stres. Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras
Hindu University. Penelitiannya mengungkap utrasum bead-sebutan ganitri di
Amerika-biji ganitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika
digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada
kesehatan tubuh.
Efek itu diperoleh lantaran biji sima-sebutan ganitri di
Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik,
kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik. Karena itu biji
ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia.
Hasilnya, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif.
Sebetulnya, komposisi kimia ganitri tak beda jauh dengan buah
lainnya. Antara lain 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan
30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro dalam biji tanaman anggota famili
Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel,
besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
Panasea
Pembeda ganitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut
Teknologi India. Ganitri memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan
pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa, misalnya, ganitri memiliki daya
elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi
elektron alkalin. Gara-gara itulah ganitri dipercaya mengontrol tekanan darah,
stres, serta berbagai penyakit mental.
Ganitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi,
radang sendi, dan penyakit hati. Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun
diminum air rebusan. Caranya? Biji ganitri direndam semalam lalu diminum saat
perut kosong. Itu terbukti efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan
tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan
mengalungkan ganitri di leher. Khasiat lain, ganitri berfungsi sebagai
pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan.
Begitulah riset sahih Singh RK dari Departemen Farmakologi,
Banaras Hindu University, India. Ia menggunakan berbagai larutan seperti
petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200
mg/kg buah ganitri kering. Larutan ganitri hasil perendaman selama 30-45 menit
itu menunjukkan sifat antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang
dilukai. Di luar itu, ganitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan
antiborok pada tikus terinjeksi.
Uji praklinis yang melibatkan babi sebagai satwa percobaan,
membuktikan ganitri mencegah kerusakan paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi
pemicu luka, histamin, dan asetilkoline aerosol. Meski diberi zat perusak
paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu tetap baik.
Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan
flavonoid yang terkandung dalam ganitri melindungi paru-paru. Keempat zat
organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif
dan negatif enyah oleh ekstrak ganitri antara lain Salmonella typhimurium,
Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela
sonneii.
Menurut A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras
Hindu University, India, alkaloid yang terkandung dalam ganitri:
pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan
elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram
buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai
air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum
sekaligus.
Pengisap polutan
Cuma itu faedah genitri? Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh
genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung: ganitri sebagai penyerap polutan.
Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon
monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.
Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil
pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang
berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0)
sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan
bakar dalam kotak kaca berisi ganitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81
? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71
ppm).
Bandingkan dengan kotak kaca tanpa ganitri yang pencemarannya
lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ?
0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm. Kesimpulannya genitri berperan menurunkan
tingkat pencemaran. Itu sebabnya, 'Ganitri digunakan sebagai pohon pelindung di
sepanjang jalan Bandung-Lembang .
sumber : http://awakspirit12.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment