Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Friday, 14 November 2014

[AR-ML108M5D8MM] Japa mala Rudraksha/Genitri, 108 butir dengan Mukhi 5, diameter bijinya 8mm

 Japa mala Rudraksha atau Genitri, 108 butir dengan Mukhi/garis 5 untuk memuja Panca Brahma (awalnya Dewa Brahma mempunya 5 kepala, kemudian dipotong 1 kepalanya oleh Dewa Siwa), diameter bijinya sekitar 6mm. Ada ikatan di tiap bijinya, sesuai dengan aturan kitab suci. Harga bersaing. Kami bisa mengirimkannya ke seluruh Indonesia. Yang berminat silakan inbox...

MUKHI 5:

Mantra: "Om Hreem Namah"
Rata-rata. Ukuran: 20 mm
Keterangan: Lima mukhi melambangkan Dewa Panca Brahma, lambang keberuntungan. Menurut kitab Rudraksha Jabala Upanishad sloka 26, Panca Brahma bisa menghapuskan bahkan dosa membunuh manusia bagi pemakainya. Pemakai genitri lima Mukhi akan mendapatkan kesehatan dan kedamaian. Ia juga akan meningkatkan memori. Lima Mukhi Rudraksha memonitor tekanan darah dan jantung. Akan mempengaruhi semua Chakra utama. Dianjurkan untuk penderita diabetes, sumsum tulang, Liver, ginjal, kaki, paha, Telinga, penyakit lemak dan Diabetes.

Planet yang mempengaruhi adalah planet Jupiter. Orang yang memakainya maka pikirannya akan tetap tenang. Tidak ada kecemasan bahwa ia akan terlalu cepat mati. Memperbaiki terus tekanan darah menjadi normal dan takut mati cepat hilang. Harus dipakai setelah menyentuhkannya ke Shivalinga. Pada saat memakai itu, orang harus terus chanting mantra "Om Namah Shivaya", "Om Hreem Namah".
[AR-ML108M5D6CM] Japa mala Rudraksha atau Genitri, 108 butir dengan Mukhi/garis 5 untuk memuja Panca Brahma (awalnya Dewa Brahma mempunya 5 kepala, kemudian dipotong 1 kepalanya oleh Dewa Siwa), diameter bijinya sekitar 6mm. Ada ikatan di tiap bijinya, sesuai dengan aturan kitab suci. Harga bersaing. Kami bisa mengirimkannya ke seluruh Indonesia. Yang berminat silakan inbox...

[AR-ML27D3CM] Mala 27 Butir Rudraksha Papua dengan Diameter Bijinya 3 cm

[AR-ML27D3CM] Menurut kitab Rudraksha Jabala Upanishad sloka 8, disebutkan bahwa jenis yang terbaik adalah yang sebesar buah Dhatri (entah apa nama lokalnya) atau diameternya sekitar 3cm. Daerah aslinya dari Papua. Kami menyediakan Japamala dengan diameter biji rudraksha/genitri sekitar 3cm, Mukhi 5, sebanyak 27 butir (atau 1/4 mala) karena jika dibuat 108 butir jadinya akan sangat panjang sekali. Saat ini jenis ini sudah terkenal sampai ke India sehingga banyak juga dipakai oleh para orang suci. Yang ingin pesan, silakan inbox... Kami bisa mengirimkannya ke seluruh Indonesia...

[AR-ML108M3] Japamala 108 butir mukhi 3 dengan 1 butir rock crystal

[AR-ML108M3] japamala 108 butir mukhi 3 dengan 1 butir rock crystal, dengan ikatan di tiap butirnya. Menggunakan benang Tri Datu warna merah, hitam, putih. Pesanan khusus teman di Jakarta... Jika ada yg ingin pesan, silakan inbox...

MUKHI 3.

Mantra: "Om Kleem Namah"
Keterangan: Rudraksha Tiga Mukhi mewakili "Api" (Dewa Agni) dan planet mars. Dewa Agni memurnikan segala sesuatu dengan cara yang sama. Jalan api semuanya dipakai dan tetap murni, pemakainya akan mendapat bebas dari dosa atau kesalahan dari hidupnya dan ketika kembali ke kemurnian dia diberkati. Ideal untuk orang-orang yang menderita kompleks rendah, rasa takut, bersalah dan depresi. Planetnya adalah Mars. Dianjurkan untuk penderita darah cacat, plague, cacar kecil, masalah pencernaan, tekanan darah, kelemahan, gangguan siklus haid, aborsi spontan dan maag. Efektif untuk asma, dan untuk kasus-kasus di mana orang yang telah sering demam.
Dalam waktu singkat setelah memakai ini, pemakai terasa oleh pengaruh-nya mencapai keberhasilan dalam usaha, berhati baik, dan belajar ilmu. Berisi Trinitas dari dewa (Brahma, Vishnu, Mahesh), dengan sifat Tri Guna (Sattva, Rajas, Tamas) dan tiga alam [Langit, Bumi dan Alam Bawah)].

[AR-ML108TT] Japamala ala Tantra Wajrasatwa

[AR-ML108TT] Japamala ala Tantra Wajrasatwa. Berisikan 108 rudraksha/genitri mukhi 5, 4bh black tourmalin, 1 rock chrystal. Ada ikatan diantara tiap biji rudrakshanya. Kami bisa mengirimkan ke seluruh Indonesia dengan menggunakan jasa PT Pos Indonesia atau kurir Indologistic. Yang berminat...silakan inbox ....

[AR-ML54M2] Japa mala Rudraksha atau Genitri, 54 butir Mukhi 2

[AR-ML54M2] Japa mala Rudraksha atau Genitri, 54 butir (atau setengah mala 108, karena bijinya cukup panjang sekitar 1cm, jika dibuat 108 jadinya sangat panjang), dengan Mukhi/garis 2 untuk memuja Ardha Nareswari/Siva-Parwati/Purusha Pradhana, panjang bijinya sekitar 1cm. Ada ikatan di tiap bijinya, menggunakan benang warna merah sesuai dengan aturan kitab suci. Harga bersaing. Kami bisa mengirimkannya ke seluruh Indonesia. Yang berminat silakan inbox..

MUKHI 2:

Mantra: "Om Namah"
Keterangan: Rudraksha 2 Mukhi memiliki dua baris atau muka. Dua Mukhi mewakili Ardhanareshwari, wujud Tuhan Shiva dan Dewi Parvati (Shakti) dan memberkati pemakainya dengan 'UNITY' (penyatuan). Hal ini dapat berhubungan dengan Guru-Shishya/Murid, orang tua-anak, suami-istri atau teman-teman. Menjaga keutuhan adalah fungsinya. Planetnya adalah Moon (bulan). Dianjurkan untuk penderita Penyakit Jantung, Paru, otak, ginjal dan usus.

Pemakainya akan mendapatkan kekayaan dan berbudi luhur, menjadi damai dan suci kehidupan keluarganya. Para pemakainya mendapatkan penghormatan dari keluarga.
Ritual untuk memakai: - Mengambil tiga manik-manik untuk Rudraksha mukhi 2, pengikatan dengan benang merah dan chanting "Shree Gauri Shankaraya Namah", 'Om Namah'. Seharusnya dipakai di sekitar leher, mulai hari Senin.


[AR-GNS] Genitri atau Rudraksha Ganesha


[AR-GNS] Genitri atau Rudraksha Ganesha adalah genitri yang ada seperti tonjolan di salah satu sisinya, sehingga menyerupai bentuk belalai Ganesha. Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa, yang berkepala gajah. Beliau simbol dari penghalau segala rintangan, kebijaksanaan, kepintaran dan kekuatan. Dewa Ganesha adalah yang dipuja pertama kali di setiap upacara. Rudraksha Ganesha digunakan untuk memuja Dewa Ganesha.
Yang berminat...silakan inbox....

Informasi biji Ganitri / Rudraksha / Jenistri

Jenis Ganitri:

Ganitri, Genitri/Jenitri (Elaeocarpus sphaericus Schum)
ELAEOCARPUS GANITRUS ROXB, Efaeocarpus angustifolta Bl.; E. cyanocarpa Maing.;E. sphaerica Shcum. ; Ganitrus sphaerocarpaAda tiga macam jenis ganitri dan 4 jenis agak berlainan yang dinamai Katulampa.
Klasifikasi

Divisi
Spermatophyta
Subdivisi
Angiospermae
Kelas
Dicotyledoneae
Bangsa
Malvales
Family/Suku
Elaeocarpaceae
Marga
Elaeocarpus
Jenis
Spermatophyta

Jenis
Umur produksi perdana
Tinggi menurut umur
Kelas hasil
Varietas lokal
4 tahun
Batang tinggi 6-7 tahun - 10-15 meter
biji kelas 1- 10
Varietas super
2 tahun berproduksi
Batang lebih pendek 4 tahun 4 meter
biji kelas 1- 10


Morfologi:
1.      Batang pohon Ketinggian dapat mencapai 25-30 meter (di India) dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Umur 4 tahun mencapai tinggi 4 meter
2.      Daun, lanset, tangkai 2-12 mm; pangkal helaian beralih demi sedikit menjadi tangkai, 6-18 x 2-6 cm, akhirnya gundul, seperti kulit, bergerigi beringgit tidak dalam, berbintik hitam, 10-15 tulang daun samping pada kedua belah sisi dari tulang daun utama.
3.      Tangkai bunga ±0,5 cm; daun kelopak bulat telur memanjang, runcing, hijau pucat atau kemerahan, dari luar berambut; daun mahkota kuning atau putih kehijauan, ke atas tidak melebar, panjang ±1,3 cm. Tonjolan dasar bunga berambut kasar, bakal buah bentuk telur, berambut rapat; kepala putik tidak melebar.
4.      Buah, bentuk bola, boleh dikatakan gundul, warna biru tua, diameter
         ±2 cm.
5.      Biji-biji ganitri keras dan awet
6.      Ukuran dan Setiap biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis

Komposisi kimia ganitri

1.     karbon  (C) 50,024%,
2.     hidrogen (H) 17,798%,
3.     nitrogen (N) 0,9461%, dan
4.     oksigen  (O2) 30,4531%.
5.     elemen mikro: aluminum (al), kalsium (Ca), klorin, tembaga (Cu), kobalt, nikel (Ni) , besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn), dan fosfor (F)
6.     glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam ganitri melindungi paru-paru (anti bakteri)

 Komposisi fisika ganitri

1.     Memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48 (riset Institut Teknologi India)
2.     Daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin. Gara-gara itulah ganitri dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.
Ganitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan.

Manfaat:Lingkungan
1.     Menurunkan tingkat pencemaran atau pengisap polutan (Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung). Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan. Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi ganitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm). Bandingkan dengan kotak kaca tanpa ganitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm.
2.     Pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang. (Eka Budianta).
3.     Tanaman penghijauan hutan kota.
4.     Sumber makanan bermacam-macam binatang.
5.     Daun, kulit batang dan buah jenitri mengandung polifenol,

Kesehatan:

1.     Menghilangkan stres. Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras Hindu University.
2.     Mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh (Penelitiannya di Amerika) biji ganitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung.
3.     Menenangkan otak dan menghasilkan pikiran positif  (sifat kimia dan fisik memberikan Efek Induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik , Karena itu biji ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Mengandung elemen mikro: aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
4.     Melindungi paru-paru (anti bakteri) karena mengandung glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid. pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan. efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan ganitri di leher. (Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University). Ia menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah ganitri kering. Larutan ganitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat anti pembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai.
5.     menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus terinjeksi. Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam ganitri melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak ganitri antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii.
6.     Mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental, epilepsi, asma, meredam hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati karena memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin. Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan saat perut kosong.
7.     Meluruhkan lemak badan.Senyawa alkaloid yang terkandung dalam ganitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline (A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India),Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus.
8.     Buah jenitri berkhasiat untuk peluruh lemak badan.


 Peralatan Ibadah:
1.     Inti bijinya dipakai untuk membuat kalung, Tasbih, gelang dsb.
2.     Alat ‘hitung’ dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani
3.  Seabagai Mala masyarakat Hindu Bali


Nilai ekonomis::
1.       Harga bibit ukuran 30 cm Rp 15.000,- - Rp 30.000,- (Varietas super umur 2 tahunan panen (4 tahun tinggi 4 meter), menghasilkan biji dengan kelas 1-10)
2.       Jarak tanam 5 m x 5 m, populasi ganitri di lahan 1 ha maksimal    278 pohon.
3.       Bulan Panen Januari- Februari ( Tergantung cuaca )
4.       Pemeliharaan dan pemupukan, penyiraman per pohon Rp10.000,-/tahun
5.       Pada saat penanaman awal membutuhkan ajir bambu sampai umur 2 bulan  untuk menahan terpaan angin.
Penilaian Kualitas:
1.       Dinilai dari ukuran dan banyaknya mukhi 1-21
2.       Dalam bentuk buah basah maupun biji kering, biji kering lebih tinggi nilainya. Biji dikelompokkan dalam 11 nomor
3.       Dalam keadaan basah, biji kelas 1 dapat digolongkan nomor 3
4.       Makin kecil ukuran biji makin mahal (Dibutuhkan saringan untuk menyeleksi biji ganitri dalam 11 kelompok dan menghitung jumlah biji setiap kelas)

Keterangan  :
1.     nomor 1-ukuran diameter 5,5 mm, adalah yang terkecil dan termahal. Nomor berikutnya setiap kenaikan 0,5 mm.
2.     Kelas 1-10 dihargai per butir,
3. Nomor 11 dihargai menurut per kilogram.
Pengalaman Petani:
1.       8 pohon umur 4 tahun panen perdana 30 kg biji menghasilkan 8 juta rupiah
2.       Satu pohon dapat menghasilkan Rp 250.000,- - Rp. 1.300.000,-/musim panen plus panen susulan.
3.       Satu pohon dapat menghasilkan 350.000 biji terdiri berbagai kelas
4.       Panen perdana 3 pohon pada April 2007. menuai 6.000 biji kelas 5, 5.000 biji (4), 3.000 biji (3), 2.000 biji (2), dan 750 biji (1). Sisanya masuk nomor 10-11. nilai  Rp2,1-juta
Panen:
1.      Panen perdana satu pohon ganitri menghasilkan Rp 250.000-Rp1,3-juta. Itu belum termasuk panen susulan, ukuran biji yang tak seragam dari setiap pohon.
Paska PanenCara mengupas kulit buah mengeringkan biji:
1.     Merebus buah ganitri yang sudah tua dalam air mendidih selama 2 jam.
2.     Mengupas kulit luar setelah melunak,
3.     Membersihkan biji dan menjemurnya sampai kering.

sumber : http://ganitri-rudraksha.blogspot.com/

Harga Buah Genitri Setara Dengan Berlian, Berikut Asal-Usulnya

Sejarah Pohon Jenitri Sampai Ke Indonesia

Sekitar 150 tahun lalu orang India itu tinggal di Kauman, Kebumen. Dia menitipkan pohon jenitri kepada seseorang santri yang mengaji di masjid daerah Kauman tersebut. Orang India itu lalu memberikan bimbingan dari mulai menanam pohonnya hingga panen buah jenitri.

Orang India yang namanya diganti Mukti itu juga menampung buah jenitri untuk dibawa ke negaranya. Dia menghargai satu butir jenitri begitu tinggi. Hingga kemudian yang menanam pohon jenitri itu bertambah banyak dan lahannya makin luas. Masyarakat Desa Penusupan pun kemudian beramai-ramai menanam pohon jenitri.

Cara menanam juga perlu diperhatikan. Terlebih dahulu membuat lubang selebar 30 cm, dengan kedalaman sekitar 30 cm. Lubang tersebut diberi pupuk kandang dan dibiarkan terlebih dahulu selama kurang lebih 10 hari. Selanjutnya ditanam dan diberi pupuk untuk kali pertama. Pohon jenitri juga bisa ditanam di pot.

Apa itu Jenidri ?
Rudraksha-sebutan jenitri di India adalah tanaman setinggi 25-30 m dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam bahasa India, rudraksa berasal dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa berarti mata. Sehingga arti keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang

Hindu meyakini rudraksa sebagai air mata Dewa yang menitik ke bumi.

Tetesan air mata itu tumbuh menjadi pohon rudraksa.

Mata Siwa
Di Indonesia, biji titisan Dewa Siwa itu populer dengan nama ganitri, genitri, atau jenitri. Indonesia merupakan pengekspor dan produksen terbesar di dunia. Pohon jenitri atau bahasa latinnya Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor. Indonesia memasok 70% kebutuhan jenitri yang diekspor dalam bentuk butiran biji. Sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.

Menurut Ir. Komari, peneliti dari Pusat Penelitian Institut Teknologi Bandung, biji-biji jenitri keras dan awet, bisa digunakan untuk 8 generasi. Kecuali ukuran, setiap biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis yang memiliki perbedaan arti.

INI TINGKATAN JENIDRI
(Mukis yaitu jumlah serat jenidri / garis lekukannya)
(Mukhis rata 2 dibawah 8)
(Mukhis istimewa 8-30 makin tinggi makin langka)

Semakin banyak mukhis harganya kian tinggi.

Manfaat jenitri bukan sekadar alat 'hitung' dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani.

Biji jenitri juga berfungsi menghilangkan stres ????

Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkap “utrasum bead“ -sebutan jenitri di Amerika-biji jenitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh.

Efek itu diperoleh lantaran biji sima-sebutan jenitri di Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik. Karena itu biji jenitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasilnya, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif.

Sebetulnya, komposisi kimia jenitri tak beda jauh dengan buah lainnya. Antara lain 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro dalam biji tanaman anggota famili Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.

Panasea
Pembeda jenitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Jenitri memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa, misalnya, jenitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin.

Gara-gara itulah jenitri dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.

Jenitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Waw

Cara Pakai :
Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan. Caranya? Biji jenitri direndam semalam lalu diminum saat perut kosong.

Itu terbukti efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan jenitri di leher. Khasiat lain, jenitri berfungsi sebagai pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan.

Begitulah riset sahih Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University, India. Ia menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah jenitri kering. Larutan jenitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai.

Di luar itu, jenitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus terinjeksi.

Uji praklinis yang melibatkan babi sebagai satwa percobaan, membuktikan jenitri mencegah kerusakan paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi pemicu luka, histamin, dan asetilkoline aerosol. Meski diberi zat perusak paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu tetap baik.

Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam jenitri melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak jenitri antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii. Waw mantep gan !!!!

Menurut A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India, alkaloid yang terkandung dalam jenitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus. lagi dah!!!!
Pengisap polutan
Cuma itu faedah genitri?
Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung: jenitri sebagai penyerap polutan. Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.

Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi jenitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm).

Bandingkan dengan kotak kaca tanpa jenitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm. Kesimpulannya genitri berperan menurunkan tingkat pencemaran. Itu sebabnya, 'Jenitri digunakan sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang,' kata Eka Budianta, budayawan.

sumber : http://zonapencarian.blogspot.com/2010/10/harga-buah-genitri-setara-dengan.html

RUDRAKSHA, Air Mata Sang Rudra

Hikayat Rudraksha

Dalam legenda Hindu, suatu masa, lama sekali Sang Rudra (Syiwa) bermeditasi. Terlintas di dalam meditasinya, Sang Rudra melihat banyak hal; sukacita dan kebahagiaan, kebimbangan dan kesengsaraan, peperangan, kerusakan, dan ketidakseimbangan akibat ulah penghuni dunia. Berbagai hal yang dilihat dalam meditasinya berkecamuk, Sang Rudra terharu hingga meneteskan air mata. Satu tetes air mata Sang Rudra yang menyimpan berkah jatuh ke tanah, menjadi benih dan bertunas. Dalam beberapa waktu, tunas itu tumbuh menjadi pohon rimbun, kokoh, tinggi menjulang dan berbuah lebat, yang kemudian dikenal dengan Rudraksha.

Demikian sekilas hikayat Rudraksha di dalam masyarakat Hindu. Rudraksha sendiri diklaim berasal dari tanah Devanagari (India), dimana sebutan Rudraksa berasal dari kata Rudra yang merujuk sebutan lain untuk Syiwa, dan Aksha yang berarti mata. Sejak berabad silam hingga kini, Rudraksha telah identik dengan spiritual, relijius dan kultur masyarakat India (Hindu).

70% pohon Rudraksha tersebar di Indonesia. Bagaimana Rudraksha sampai dan tumbuh subur di berbagai pelosok wilayah nusantara, tentu ada hikayat dan kaitan khusus. Rudraksha (Elaeocarpus Ganitrus Roxb) memiliki sebutan berbeda. Di tanah Sunda dikenal dengan sebutan Ganitri, di berbagai pelosok nusantara punya nama beda seperti Jenitri dan Buah Sima.

Hikayat Rudraksha sampai di Indonesia, khususnya sampai di tanah Pasundan, benih Rudraksha dianggap dibawa dari India sekitar 250 tahun lalu oleh pemerintah kolonial Belanda untuk ditanam di sekitar “residen” atau bangunan-bangunan kantor mereka, juga ditanam di sekitar jalan-jalan utama sebagai peneduh. Di Bandung sendiri, katanya dahulu pertama kali Rudraksha ditanam di sekitar sisi kiri-kanan jalan Bandung-Lembang, juga di sekeliling Gedung Sate. Versi lain mengatakan bahwa Rudraksha dibawa oleh orang-orang Gujarat yang melakukan perniagaan di Indonesia.

Ada hal yang menggelitik di keilmuan Biologi hingga disematkan nama Ganitrus sebagai nama latin Rudraksha. Di Sunda, Rudraksha disebut dengan nama Ganitri. Kami berasumsi bahwa Rudraksha sebenarnya sudah ada di tanah Pasundan belasan abad lalu, bukan dibawa oleh orang Belanda bersamaan dengan kolonialisme mereka 250 tahun lalu. Bahkan sebuah versi mengatakan bahwa pohon Rudraksha berasal dari Indonesia. Ini bisa sekaligus menjawab mengapa nama latin Rudraksha ada kata Ganitrus-nya. Alasannya, mengingat di tanah pasundan ribuan tahun lalu telah berdiri kerajaan besar yang erat berkaitan dengan kultur dan relijius masyarakat India (Hindu-Budha), di mulai dari Dinasti Salakanagara, Tarumanagara, hingga Dinasti Padjajaran. Sedangkan, kerajaan-kerajaan besar itu dikenal pernikahan campuran dengan bangsa lain, juga hubungan diplomatik hingga jauh ke negara-negara lain, termasuk India. Bahkan akulturasi kultur dan relijius dari wilayah lain (termasuk India) telah melebur dengan peradaban kultur kerajaan-kerajaan besar itu. Memang tidak tercatat dalam catatan atau literatur sejarah yang diakui para sejarahwan. Tapi bukan tidak mungkin, Rudraksha yang diklaim berasal dari India itu sudah ada di Indonesia, bahkan berasal dari Indonesia, khususnya di tanah Pasundan sejak masa Salakanagara puluhan abad yang lalu. Bahkan, Rudraksa sudah dimanfaatkan orang-orang di tanah Pasundan pada masa itu. Mungkin pula nama Ganitri sudah dipakai di zaman kerajaan itu, lalu mengilhami ilmuwan biologi hingga Rudraksha dinamai latinnya dengan Ganitrus.

Ganitri juga bukan sekedar nama biasa, tapi tersiratkan makna di dalamnya. Walaupun boleh dianggap “kirata” (dikira-kira tapi mendekati kenyataan), nama Ganitri tersusun dari ga nit ri adalah akronim dari ga=uga nit=nitih ri=diri, yang bila digabungkan uga nu nitih dina diri diterjemahkan secara eksplisit dengan takdir yang menimpa diri. Ada pula pendapat lain, ga=uga nit=nitis ri=kiwari, ditafsirkan menjadi uga nu nitis kiwari yang berarti ketentuan yang akan dialami saat ini. Secara lebih mendalam, makna yang terkandung dalam akronim dari Ganitri itu merepresentasikan suatu ketentuan (uga) yang akanakan di alami suatu ketika pada diri. Jadi, kata “Ganitri” menajdi semacam keyword alias kata kunci yang bila dicermati lebih mendalam akan menemukan makna dan filosofi luas.


Rudraksha dalam Konteks Filosofi dan Spiritual

Banyak filosofi dan simbol-simbol dalam setiap bagian pohon hingga biji Rudraksha. Pohonnya yang kuat dan tak mudah tumbang, melambangkan kekuatan tekad yang tak mudah tumbang oleh godaan nafsu. Akar pohon Rudraksha kuat menghujam tanah lebih dalam, batangnya tumbuh hingga 25-45 meter tinggi menjulang, itu melambangkan keseimbangan hidup. Menghujam bumi, di bawah, itu mewakili hubungan diri sendiri, berkenaan dengan introspeksi dan penguatan mental pribadi. Menjulang, ke atas, mewakili hubungan vertikal, berkenaan dengan nilai relijius, keimanan, peribadatan, dan lainnya. Batang pohon yang halus dan tak mudah membusuk atau terkelupas, menyimbolkan ketetapan hati yang tak mudah dibusuki oleh hasrat dan nafsu negatif duniawi. Daunnya dominan hijau, dan sebagian daunnya berubah warna menjadi coklat atau merah tua, itu mewakili perubahan dan kedewasaan. Kulit buahnya yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang sudah tua atau matang berwarna biru keungu-unguan, itu mewakili sebuah proses perubahan dari kondisi labil pada kondisi kematangan dan ketenangan.

Biji Rudraksha yang sudah dikupas terpisah dari daging dan kulit buahnya, akan terlihat tekstur biji yang nampak seperti serat atau rambatan menonjol mirip labirin-labirin yang saling berhubungan. Hal itu melambangkan hasrat, keinginan dan nafsu yang saling berkaitan di dalam diri. Dan bila dibelah, struktur isi biji Rudraksha tidak padat, tapi ada sedikit rongga kosong di dalamnya. Itu mewakili, hati yang kosong. Hati yang mesti dikosongkan dari hal-hal yang negatif untuk diisi dengan sirr dan rahsa yang positif.

Dalam konteks spiritual, pemanfaatan Rudraksha telah akrab dalam aktivitas spiritual relijius, seperti halnya masyarakat hindu merangkai biji-biji Rudraksha menjadi malas yang dipakai sebagai alat bantu dalam peribadatannya. Begitupun masyarakat Buddha yang menggunakan malas ketika japa mantra. Masyarakat Muslim menggunakan tasbih yang dirangkai dari biji-biji Rudraksha saat wirid atau dzikir, juga masyarakat Kristen memanfaatkan Rudraksha dalam rosario ketika misa atau kebaktian.

Rudraksha memberikan manfaat psikis dan psikologis ketika digunakan dalam aktivitas spiritual relijius. Ketika jari tangan yang memancarkan esoteris biolektrik tubuh menyentuh Rudraksha yang menyimpan bioelektrik alami, kedua energi itu bersinggungan dan berpadu menjadi satu energi yang tercetus, lalu diserap melalui jalur induksi aura tubuh ataupun mengalir melalui jaringan syaraf hingga sampai di gerbang syaraf otak. Energi itu selanjutnya mengimpulsi jaringan sel amigdala dan mengimpaksi Central Nervous Sistem di otak hingga menghadirkan sensasi nyaman, tenang dan damai. Intinya, Rudraksha membantu meningkatkan kenyamanan dan kekhusukan dalam aktivitas spiritual-relijius.


Manfaat Kesehatan

Setiap biji Rudraksha mengandung; alummunium, tembaga, kobalt, kalsium, klorin, ferum, magnesium, mangan, fosfor, dan nikel. Sedangkan komposisi kimiwi terdiri dari 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Dan, menurut penelitian ilmuwan di India, Rudraksha mempunyai daya elektro magnetik 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, kadar itu muncul akibat konduksi elektron ketika Rudraksha dilibatkan dalam aktivitas relijius. Rudraksha memiliki kemampuan induksi listrik, pergerakan listrik, kapasistansi listrik, dan dinamisasi elektromagnetik.

Seperti disinggung di atas dimana Rudraksha memberikan manfaat dalam konteks spiritual-relijius. Dalam konteks kesehatan pun, Rudraksha menyimpan manfaat psikis dan psikologis. Rudraksha dapat membantu meningkatkan kekhusukan, begitupun Rudraksha dapat membantu otak mencapai kondisi tenang, sehingga dikatakan rudraksha mampu menekan tingkat stress bahkan menghilangkan stress. Itu karena induksi halus bieolektrik yang terkandung dalam Rudraksha mengimpuls polaritas dan intensitas bioelektrik dalam tubuh sehingga bertindak sebagai penyeimbang.

Literatur-literatur kuno, termasuk seperti pada Ayurveda, di dalamnya disinggung manfaat Rudraksha untuk kesehatan dan pengobatan. Belakangan, catatan itu dibuktikan dengan hasil penelitian ilmuwan dengan teoritis berbasis sains. Demikian pula jika Rudraksha difungsikan untuk mengobati penyakit, ada beberapa cara; Pertama, dengan induksi bioelektrik alami Rudraksha yang berfungsi sebagai penyeimbang polaritas bieolektrik tubuh sekaligus membantu revitaliasasi metabolisme tubuh. Paduan biolektrik tubuh dan biolektrik rudraksha befungsi melipatgandakan sel imunitas tubuh hingga meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, bahkan paduan bioelektrik itu yang “menghajar” virus penyakit di dalam tubuh. Pemaduan dua biolektrik itu bisa dengan cara Rudraksha dipakai dalam bentuk aksesoris, dan proses kerjanya cukup lama bisa 20-30 hari, tergantung karakteristik bioelektrik seseorang yang berbeda-beda, dan juga proses adaptasi karena induksi bioelektrik rudraksha halus. Tapi bisa saja dipercepat oleh alat bantu dengan prinsip kerja semacam transformator. Kedua, dengan induksi melalui bantuan media penghantar lain seperti air. Ketika Rudraksha direndam air dalam beberapa waktu, bieolektrik dalam Rudraksha mengendap pada air. Manakala diminum, air yang mengandung bioelektrik dikompresi atau dikonversi di dalam tubuh sehingga dapat diserap oleh organ-organ tubuh lainnya. Ketiga, melalui pelarutan kimiawi. Kandungan kimiawi alami Rudraksha yang dihaluskan dengan campuran lain untuk dikonsumsi akan dikonversi alat pencernaan tubuh menjadi energi atau zat penyembuh sekaligus bisa sebagai zat pengganda sel imunitas tubuh.


Manfaat Fashion

Rudraksha bukan hanya dimanfaatkan sebagai media pengobatan ataupun alat bantu aktivitas spiritual relijius, tapi dapat dimanfaatkan untuk mempercantik penampilan. Rambatan-rambatan tekstur yang mengelilingi Rudraksha dipandang mempunyai keindahan tersendiri. Selain itu, lekukan vertikal yang melintang dari kutub utara ke kutub selatan Rudrakhsa, yang disebut dengan Mukhi, jumlahnya berbeda-beda di masing-masing biji Rudraksha dari 1 hingga 21 mukhis, itupun menambah nilai estetis Rudraksha.

Bentuk alami biji Rudraksha tidak kalah setara dengan manik-manik yang banyak dirangkaikan pada aksesoris-aksesoris fashion. Bentuk biji Rudraksha diproses dengan baik, dirangkai dengan paduan bahan natural lainya, diikat dengan simpul ikatan yang indah, akan menghasilkan aksesoris yang cantik. Aksesoris dari paduan Rudraksha ini dilihat begitu natural, bahkan menjadi semacam aksesoris etnik. Rangkaian Rudraksha dalam berbagai bentuk seperti kalung, gelang, bross, dan aksesoris lain, tak kalah cantik dengan jewelry dari material emas, perak atau berlian. Nilai lebihnya, selain aksesoris yang mempercantik penampilan, sekaligus menyehatkan bagi si pemakai. Bahkan aksesoris ini tidak ada efek samping merugikan bagi si pemakainya. Bagaimanapun aura, perilaku, ataupun karakteristik psikologis si pemakai, dengan menggunakan aksesoris dari paduan Rudraksa, sama sekali tidak ada pengaruh apapun. Malah, karena aksesoris dari Rudraksha ini fungsinya untuk memperindah penampilan dan bukanlah dikhususkan seperti jimat, maka tidak ada pantangan khusus.

Pemanfaatan Rudraksha sebagai aksesoris memperindah penampilan, bukan hanya digunakan pada saat ini saja. Zaman dahulu, khususnya di tatar Pasundan, pada masa kejayaan kerajaan Salakanagara hingga Padjajaran, kaum bangsawan termasuk raja-rajanya pun menggunakan aksesoris kebesaran yang sebagian materialnya dari Rudraksha.


Manfaat Supranatural

Setelah disinggung di atas, bagaimana Rudraksa menyimpan kandungan kimiawi dan bioelektrik bermanfaat. Dalam konteks supranatural,Rudraksha dapat berfungsi sebagai kapasitans atau energy bank yang dapat menyimpan energi metafisik. Ketika seseorang menyertakan rudraksha dalam proses kultivasi energi metafisik maupun berlatih pengolahan tenaga dalam, secara tidak disengaja pun energi metafisik atau energi tenaga dalam dapat tertampung di dalam rudraksha. Apalagi jika secara sengaja energi metafisik ditampungkan ke dalam media rudrakhsa, itu semacam diblessing. Rudraksha yang dikombinasikan dengan material lain lalu diblessing oleh prakstisi ahli supranatural bisa dijadikan sejenis amulet atau bisa dikatakan seperti jimat.


sumber : http://lianhuajoe.blogspot.com/2014/04/rudraksha-atau-genitri.html

Manfaat Genitri

Mata Siwa Penyapu Polutan

Kedua mata Prof I Nyoman Kabinawa terpejam. Ia duduk bersila mengenakan pakaian putih. Bibirnya merapalkan doa. '...Dhimahi dhiyo nah pracodayat.' Pada saat bersamaan, jari manis tangan kanannya memutar biji mala seukuran buah kersen hingga 108 kali. Telunjuk dan kelingking terlarang menyentuh mala yang tersusun dari biji buah ganitri.

Kedua mata Prof I Nyoman Kabinawa terpejam. Ia duduk bersila mengenakan pakaian putih. Bibirnya merapalkan doa. '...Dhimahi dhiyo nah pracodayat.' Pada saat bersamaan, jari manis tangan kanannya memutar biji mala seukuran buah kersen hingga 108 kali. Telunjuk dan kelingking terlarang menyentuh mala yang tersusun dari biji buah ganitri.

Itulah ritual Prof I Nyoman Kabinawa dan penganut Hindu lain saat bermeditasi. Dalam ritual itu, ganitri elemen penting lantaran mempunyai nilai mitos tinggi. 'Sebelum digunakan untuk meditasi, ganitri mesti diberi mantra agar memiliki kekuatan,' kata Kabinawa, periset Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI. Dengan kekuatan itu, doa yang dipanjatkan pun sampai ke Sang Hyang Widi.

Rudraksa-sebutan ganitri di India-tanaman setinggi 25-30 m dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam bahasa India, rudraksa berasal dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa berarti mata. Sehingga arti keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang Hindu meyakini rudraksa sebagai air mata Dewa yang menitik ke bumi. Tetesan air mata itu tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Mata Siwa

Di Indonesia, biji titisan Dewa Siwa itu populer dengan nama ganitri, genitri, atau jenitri. 'Indonesia paling banyak produksinya di dunia,' kata Yana Sumarna, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Pohon Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor. Indonesia memasok 70% kebutuhan ganitri yang diekspor dalam bentuk butiran biji. Sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.

'Biji-biji ganitri keras dan awet, bisa digunakan untuk 8 generasi,' kata Komari. Kecuali ukuran, setiap biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis yang memiliki perbedaan arti. Semakin banyak mukhis harganya kian tinggi.

Manfaat ganitri bukan sekadar alat 'hitung' dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani. Biji ganitri juga berfungsi menghilangkan stres. Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkap utrasum bead-sebutan ganitri di Amerika-biji ganitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh.

Efek itu diperoleh lantaran biji sima-sebutan ganitri di Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik. Karena itu biji ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasilnya, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif.

Sebetulnya, komposisi kimia ganitri tak beda jauh dengan buah lainnya. Antara lain 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro dalam biji tanaman anggota famili Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
Panasea

Pembeda ganitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Ganitri memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa, misalnya, ganitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin. Gara-gara itulah ganitri dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.

Ganitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan. Caranya? Biji ganitri direndam semalam lalu diminum saat perut kosong. Itu terbukti efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan ganitri di leher. Khasiat lain, ganitri berfungsi sebagai pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan.

Begitulah riset sahih Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University, India. Ia menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah ganitri kering. Larutan ganitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai. Di luar itu, ganitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus terinjeksi.

Uji praklinis yang melibatkan babi sebagai satwa percobaan, membuktikan ganitri mencegah kerusakan paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi pemicu luka, histamin, dan asetilkoline aerosol. Meski diberi zat perusak paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu tetap baik.

Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam ganitri melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak ganitri antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii.

Menurut A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India, alkaloid yang terkandung dalam ganitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus.
Pengisap polutan

Cuma itu faedah genitri? Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung: ganitri sebagai penyerap polutan. Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.

Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi ganitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm).

Bandingkan dengan kotak kaca tanpa ganitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm. Kesimpulannya genitri berperan menurunkan tingkat pencemaran. Itu sebabnya, 'Ganitri digunakan sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang,' kata Eka Budianta, budayawan. (Vina Fitriani/Peliput: Andretha Helmina).


sumber : Trubus Majalah Pertanian Indonesia : http://www.trubus-online.co.id

Manfaat Pengobatan Rudraksha

RUDRAKSHA adalah cemara besar berdaun lebar yang bijinya secara tradisional digunakan sebagai tasbih dalam agama Hindu. Tumbuhan dalam genus Elaeocarpus ini memiliki beberapa spesies, di antaranya E. Ganitrus. Nama Ganitrus ini mungkin diambil dari ganitri, sebutannya dalam bahasa Sunda dan Melayu. Rudraksha tumbuh di daerah aliran Sungai Gangga di kaki Pegunungan Himalaya sampai ke Asia Tenggara, New Guinea, Australia, Guam, dan Hawaii. Rudraksha telah diidentifikasi sebagai obat sejak 1500 SM di India. Sejak saat itu, banyak penelitian telah dilakukan oleh para dokter Ayurvedik India untuk lebih memanfaatkan rudraksha sebagai obat potensial.

Elektromagnetik

Sebelum digunakan sebagai obat dalam tradisi Ayurveda, Rudraksha telah ditemukan memiliki kekuatan penyembuhan yang besar dengan memakainya. Kekuatan penyembuhan rudraksha berasal dari sifat elektromagnetiknya. Ketika manik-manik rudraksha ditempatkan di atas jantung, mereka bertindak untuk menstabilkan denyut jantung. Seperti magnet, manik-manik itu bekerja dengan prinsip polaritas dinamis -- Dynamic Polarity -- di mana impuls listrik dan induksi halus dipancarkan dengan polaritas dan intensitas yang berlawanan. Dengan demikian, kekuatan penyeimbang secara proporsional diberikan pada jantung untuk mengatur jika denyutannya di atas atau di bawah tingkat normal. Tindakan ini membantu untuk memastikan sirkulasi darah yang ideal dalam tubuh.

Obat Herbal

Ke seluruh dunia telah beralih ke pengobatan modern, pengobatan herbal alami masih menyediakan beberapa obat penting bagi umat manusia. Dalam dunia yang serba modern saat ini, pencarian untuk pengobatan herbal telah berkurang dan terlupakan. Jika situasi ini terus berlanjut, generasi masa depan kita tidak akan mengetahui kepentingan dan daya penyembuhan paripurna yang dapat disediakan oleh obat-obatan herbal. Bahkan, ada penyakit-penyakit tertentu yang tidak dapat diobati dengan obat modern, tetapi dapat diobati dengan obat herbal alami. Oleh karena itu, obat herbal harus dijaga dan dilindungi sebagai obat alternatif dan demi kebaikan generasi mendatang.

Dalam pengobatan Ayurvedik, biji dan buah rudraksha digunakan untuk segala macam penyakit yang telah terbukti secara ilmiah. Khasiatnya sebagai obat termasuk:

* Sebagai anti-inflamasi yang dapat mengurangi rasa sakit arthritis dan efektif terhadap infeksi jamur seperti Candida albicans (kandidiasis).

* Sebagai anti-nyeri (analgesik) yang membantu dalam menghilangkan rasa sakit seperti sakit kepala.

* Sebagai anti-kejang yang berguna dalam mengobati neuralgia dan epilepsi.

* Meringankan gejala asma, masalah bronkial dan batuk.

* Menurunkan kadar kolesterol darah, melindungi jantung dan menurunkan tekanan darah.

* Mengendurkan otot-otot halus dalam tubuh dan menyembuhkan ulkus.

* Sebagai anti-depresan untuk menurunkan tingkat kecemasan dan sebagai obat penenang ringan, telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan untuk kegilaan, masalah mental dan insomnia.

* Untuk mengobati penyakit-penyakit lainnya seperti masuk angin, demam dan penyakit kuning.


Resep Pengobatan

Berikut adalah beberapa contoh penggunaan rudraksha dalam pengobatan Ayurvedik:

* Ketika lidah retak, tumpul rasa (tastelessness) atau baal, berkumur dengan rebusan rudraksha sangat efektif untuk meningkatkan nafsu makan.

* Rebus 9 biji rudraksha dengan 200 ml minyak jahe dan 90 daun Tulsi selama 30 menit dan saring. Kemudian terapkan hangat-hangat minyak ramuan itu pada dada untuk menyembuhkan sakit radang paru-paru dan nyeri dada spasmatik.

* Dalam kasus pembengkakan lutut dan sendi lain, campur bubuk rudraksha dengan bubuk daun apel dalam jumlah yang sama. Bersama dengan minyak mustard hangat, terapkan pada bagian yang sakit.

* Untuk kelemahan saraf, konsumsi takaran yang sama rudraksha churna, pearl bhasma dan coral bhasma 2 gram secara harian untuk hasil yang lebih baik.

* Untuk batuk kronis, terutama batuk yang berdahak, konsumsi campuran pasta rudraksha dengan pasta tulsi (Holy basil) yang kering dan madu.

* Untuk penyembuhan kolesterol tinggi dalam darah, rebus secangkir susu dengan satu rudraksha dan satu siung bawang putih. Setelah susu direbus, biji rudraksha dibuang tetapi bawang putih dikonsumsi bersama dengan susu. Lakukan secara teratur selama 3 bulan.

* Rendam 3 biji Rudraksha dengan air satu gelas ukuran sedang dan satu siung bawang putih selama satu malam. Konsumsi selama 60 hari untuk menyembuhkan penyakit jantung.

* Rendam Rudraksha dalam secangkir air selama satu malam. Minumlah air tersebut pagi-pagi saat perut kosong untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

* Campur pasta Rudraksha dengan kulit kayu Neem dan madu dalam jumlah sama. Gunakan secara internal untuk mendapatkan hasil yang sangat baik pada cacar dan cacar air.

* Campur 2 gram pasta Rudraksha dengan 2 gram jus jahe dan gunakan secara internal sekali sehari untuk menormalkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan.

* Campur bubuk Rudraksha dengan madu secukupnya. Konsumsi sebagai selai untuk menyembuhkan mati rasa dan menyehatkan sistem saraf.

* Untuk sensasi mata terbakar dan konjungtivitis, rendam Rudraksha dalam air mawar selama satu jam lalu gunakan air itu sebagai tetes mata.

* Rebus Rudraksha dalam secangkir susu. Setelah susu didinginkan, buang biji Rudraksha dan minum susu itu sebelum tidur selama 40 hari untuk mengatasi masalah mental, meningkatkan daya memori dan kesehatan umum.

* Untuk flek hitam di wajah, campur pasta Rudraksha dengan bubuk Cendana dan diterapkan secara eksternal di tempat flek.

* Untuk sakit kepala, terapkan pasta Rudraksha dan jahe kering pada dahi untuk meringankan rasa sakit.

* Dalam kasus bronkitis pada anak-anak, campur 1 gram bubuk Rudraksha dengan madu. Berikan secara internal setiap jam untuk membantu mengeluarkan dahak.

* Terapkan pasta Rudraksha dan kayu Cendana pada kelopak mata di malam hari untuk menyembuhkan perlengketan kelopak mata dan menyegarkan mata.

* Untuk arthritis rematik, konsumsi pasta yang dibuat dari dua bagian bubuk Rudraksha, satu bagian jahe kering, satu bagian lada dan satu bagian pippali. (pusdat BP/dari berbagai sumber)


sumber : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=69108

Daftar harga Genitri/Rudraksha

No. Nama Harga/Butir
1 Mukhi 1 Jawa panjang 8-10 mm 250,000
2 Mukhi 1 Nagasankar panjang 8-10 mm 350,000
3 Mukhi 2 Jawa diameter 8-10mm 10,000
4 Mukhi 2 Nagasankar diameter 8-10mm 50,000
5 Mukhi 2 Papua diameter 20 mm 100,000
6 Mukhi 3 Jawa diameter 6-15 mm 5,000
7 Mukhi 4 Jawa diameter 6-15 mm 3,000
8 Mukhi 5 Jawa diameter 8-18 mm 500
9 Mukhi 5 Rudrani Jawa diameter 3 mm 1,000
10 Mukhi 5 Kiswanto diameter 8-15 mm 8,000
11 Mukhi 5 Papua diameter 30 mm 50,000
12 Mukhi 6 Jawa diameter 8-15 mm 5,000
13 Mukhi 6 Papua diameter 20-25 mm 60,000
14 Mukhi 7 Jawa diameter 8-15 mm 7,000
15 Mukhi 7 Papua diameter 20-25 mm 70,000
16 Mukhi 8 Jawa diameter 8-18 mm 60,000
17 Mukhi 8 Papua diameter 20-25 mm 80,000
18 Mukhi 9 Jawa diameter 8-15 mm 80,000
19 Mukhi 9 Papua diameter 20-25 mm 90,000
20 Mukhi 10 Jawa diameter 8-18 mm 100,000
21 Mukhi 11 Jawa diameter 8-18 mm 130,000
22 Mukhi 12 Jawa diameter 8-18 mm 170,000
23 Mukhi 13 Jawa diameter 8-18 mm 200,000
24 Mukhi 14 Jawa diameter 8-18 mm 250,000
25 Mukhi 15 Jawa diameter 8-18 mm 750,000
26 Mukhi 16 Jawa diameter 8-18 mm 1,050,000
27 Mukhi 17 Jawa diameter 8-18 mm 1,250,000
28 Mukhi 18 Jawa diameter 8-18 mm 2,250,000
29 Nineteen Mukhi Rudraksha -
30 Twenty Mukhi Rudraksha -
31 Garbha Gauri 300,000
32 Gauri-Shankar Rudraksha 300,000
33 Ganesha Rudraksha 150,000
34 Trijuti Rudraksha 1,500,000